16 Januari 2011. (15 January 2011 untuk saya ) 22 tahun. (21 tahun untuk saya) Akhirnya hari ini sampai.
Saya sudah semakin tua.
Semakin hendak mati.
Hanya sebuah artikel, khas buat diri sendiri.
Usia yang Allah kira.
Wish untuk birthday saya, saya harap Allah mengira umur-umur saya yang telah berlalu, dan memberikan saya lebih banyak peluang dalam berbakti kepadaNya sekaligus membaiki salah silap saya yang lalu.
Pada saya, tiada makna sekiranya umur saya Allah tidak kira sebagai umur yang baik, saham kepada akhirat. Maka saya berharap Allah kasihan dengan saya, dan mengira umur-umur saya.
Dan saya juga suka mengingatkan diri saya, bahawa selain mengharapkan Allah mengira umur saya, saya juga perlu berusaha membuatkan Allah mengira umur saya. Saya perlu membangunkan kehidupan saya, benar-benar atas keimanan, dan tidak mencampurinya dengan apa-apa yang bernama keingkaran.
Ibarat pesanan Dr Tolafahah, “Kita mengambil asbab, untuk bertawakkal kepada Rabbul Asbab.” Pesanan Dr Ala’ Hilat juga kemas dalam ingatan saya: “Doa tanpa usaha, tidak akan bermakna apa-apa.”
Harapan masa hadapan.
Saya hanya hendak bahagia.
Bahagia yang Allah iktiraf sebagai bahagia.
Harapnya, dengan usia saya yang Allah izinkan bertambah ini, saya lebih keras mengejar bahagia itu. Buat diri saya, juga orang di sekeliling saya.
Memadamkan lebih banyak keaiban.
Saya juga berazam, bertambahnya umur ini, saya hendak memadamkan lebih banyak keaiban diri.
Saya hendak lebih keras pada diri ini. Saya ingin mampu menjadi contoh yang baik.
Rehat yang belum tiba
Saya juga senang mengingatkan diri saya, bahawa waktu rehat belum tiba.
Belum tiba. Bahkan banyak lagi cabaran dan halangan yang belum saya temui, akan datang menyapa saya dalam perjalanan hidup saya nanti.
Hati yang menggerimis
Saya juga memujuk lubuk hati saya yang terdalam, untuk menghentikan gerimis yang sentiasa menyiraminya. Ikutilah sikap wajah, yang sentiasa berusaha mengukir senyuman walaupun duka.
Masa kita hanya belum tiba.
Ataupun takdir tertulis bahawa masa kita hanya di sana.
Maka apa guna gerimis yang tidak menumbuhkan makna?
Hentikan. Nyahkan awan mendung yang menutup mentari di langitmu wahai hati.
Si 22 tahun,(sekali lagi Si 21 tahun utk diri saya) dan Si 23 tahun.
Muhammad Al-Fateh menawan Konstantinopel dan menjadikannya kota yang tunduk kepada Allah SWT pada usianya 23 tahun.
Wahai diri yang sudah berumur 22 tahun(21 tahun untuk diri), apakah tidak boleh paling kurang, dikau menawan dirimu, dan menjadikannya tunduk kepada Allah SWT?
Penutup: Apakah belum tiba masanya?
16 Januari 2011. 22 tahun.(21 tahun untuk diri)
22 tahun(21 tahun untuk diri). Telah 22(21 tahun untuk diri) tahun berlalu, dalam keadaan kita tidak tahu berapakah tahun yang ada pada masa hadapan buat kita. Bahkan, tahun ini pun belum tentu mampu kita habiskan sempurna. Panjang nyawa itu rahsiaNya sahaja.
Maka apakah belum tiba masanya wahai diriku, untuk kita menjadi lebih serius?
“Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Kitab sebelum mereka, setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut maka hati mereka menjadi keras, dan banyak di antaranya orang-orang yang fasik - derhaka.” Surah Al-Hadid ayat 16.
22 tahun. Kita sudah terlalu tua untuk bermain-main.
Mari. Kita ada langit untuk digegarkan dengan nama kita, dan bumi untuk kita tawan dengan agamaNya.
Ya Allah, panjangkanlah umurku dalam keimanan.
Angkatlah segala masalahku.
Permudahkan segala urusanku.
Bukalah seluas-luasnya pintu rezekiku.
Berikan kepada aku istiqomah.
Golongkan aku dalam kumpulan hambaMu yang beroleh Jannah.
Amiiiin.
p/s: walau sekadar artikel kongsi, namun, setiap bait2 yg terakam dan terkalam itu cukup byk similaritinya dengan doa dan pohonan diri ini..moga2 terus hidupku dalam redhaNya..aminn..
pen off